perjalanan sang guru bangsa
Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 "kalender Islam" tahun 1940 di Denanyar Jombang Jawa Timur,dari pasangan Bapak Wahid Hasyim dan Ibu Sholehah,Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus,namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya'ban,sama dengan 7 September 1940.
Ia lahir dengan nama "Abdurrahman Addakhil"."Addakhil" berarti "Sang Penakluk".Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid",dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan "Gus Dur". "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "abang"Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara.Gusdur lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur.Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari,pendiri Nahdlatul Ulama (NU),sementara kakek dari pihak ibu,K.H.Bisri Syansuri adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan.Ayah Gus Dur K.H.Wahid Hasyim terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949.Ibunya,Ny Hj.Sholehah adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.Saudaranya adalah Salahuddin Wahid dan Lili Wahid.Ia menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri:Alisa,Yenny Wahid,Anita dan Inayah.Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah "Tionghoa" Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung "Raden Patah" (Tan EngHwa),pendiriKesultananDemak.
awal karier
Gus Dur kembali ke Jakarta mengharapkan bahwa ia akan pergi ke luar negeri lagi untuk belajar di Universitas McGill Kanada.Ia membuat dirinya sibuk dengan bergabung ke Lembaga Penelitian,Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat.LP3ES mendirikan majalah yang disebut "Prisma" dan Gusdur menjadi salah satu kontributor utama majalah tersebut.Selain bekerja sebagai kontributor LP3ES,Gusdur juga berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa.Pada saat itu,pesantren berusaha keras mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan cara mengadopsi kurikulum pemerintah.Gusdur merasa prihatin dengan kondisi itu karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan ini.Gusdur juga prihatin dengan kemiskinan pesantren yang ia lihat.Pada waktu yang sama ketika mereka membujuk pesantren mengadopsi kurikulum pemerintah,pemerintah juga membujuk pesantren sebagai agen perubahan dan membantu pemerintah dalam perkembangan ekonomi Indonesia.Gusdur memilih batal belajar di luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren.Abdurrahman Wahid meneruskan kariernya sebagai jurnalis,menulis untuk suatu majalah dan surat kabar.Dengan popularitas itu,ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar,membuat dia harus pulang-pergi antara Jakarta dan Jombang tempat Gusdur tinggal bersama keluarganya.Meskipun memiliki karier yang sukses pada saat itu,Gusdur masih merasa sulit hidup hanya dari satu sumber pencaharian dan ia bekerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es,Gusdur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas dan segera mengembangkan reputasi baik.Satu tahun kemudian,Gusdur menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam.Pada tahun 1977,Gusdur bergabung ke Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktek dan Kepercayaan Islam dan Universitas ingin agar Gusdur mengajar subyek tambahan seperti syariat Islam dan misiologi.Namun kelebihannya menyebabkan beberapa ketidaksenangan dari sebagian kalangan universitas.Gusdur terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada Musyawarah Nasional tersebut.Namun demikian persyaratannya untuk dapat memilih sendiri para pengurus di bawahnya tidak terpenuhi.Pada hari terakhir Munas daftar anggota Gusdur sedang dibahas persetujuannya oleh para pejabat tinggu NU termasuk Ketua PBNU sebelumnya Idham Chalid.Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh Suharto dan rezim Orde Baru.Penerimaan Gusdur terhadap Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai oleh pejabat pemerintahan.Pada tahun 1985 Suharto menjadikan Gus Dur indoktrinator Pancasila.Pada tahun 1987 Gusdur menunjukan dukungan lebih lanjut terhadap rezim tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai Golkar.Ia kemudian menjadi anggota MPR mewakili Golkar.Meskipun ia disukai oleh rezim,Gusdur mengkritik pemerintah karena proyek "Kasus Kedung Ombo" yang didanai oleh "Bank Dunia".Hal ini merenggangkan hubungan Wahid dengan pemerintah,namun saat itu Suharto masih mendapat dukungan politik dari NU.Selama masa jabatan pertamanya,Gusdur fokus dalam mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah sekular.Pada tahun 1987,Gusdur juga mendirikan kelompok belajar di Probolinggo Jawa Timur,untuk menyediakan forum individu sependirian dalam NU untuk mendiskusikan dan menyediakan interpretasi teks Muslim.
masa jabatan dan melawan orde baru
Gusdur terpilih kembali untuk masa jabatan Ketua NU pada Musyawarah Nasional 1989.Pada saat itu Soeharto yang terlibat dalam pertempuran politik dengan ABRI sekarang TNI mulai menarik simpati Muslim untuk mendapat dukungan mereka.Pada Desember 1990 "Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia" dibentuk untuk menarik hati Muslim Intelektual.Organisasi ini didukung oleh Soeharto,diketuai oleh "Baharuddin Jusuf Habibie" dan di dalamnya terdapat intelektual Muslim seperti "Amien Rais" dan "Nurcholish Madjid"sebagai anggota.Pada tahun 1991 beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung. Gus Dur menolak karena ia mengira ICMI mendukung "sektarianisme" dan akan membuat Soeharto tetap kuat.Pada tahun 1991 Gusdur melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi,organisasi yang terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial.Organisasi ini diperhitungkan oleh pemerintah dan pemerintah menghentikan pertemuan yang diadakan oleh Forum Demokrasi saat menjelang "pemilihan umum legislatif 1992"
Pada Maret 1992 Gusdur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan mengulang pernyataan dukungan NU terhadap Pancasila.Gusdur merencanakan acara itu dihadiri oleh paling sedikit satu juta anggota NU.Namun Soeharto menghalangi acara tersebut dan memerintahkan polisi untuk mengembalikan bus berisi anggota NU ketika mereka tiba di Jakarta.Akan tetapi acara itu dihadiri oleh 200.000 orang.Setelah acara,Gusdur mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam yang terbuka,adil dan toleran.Selama masa jabatan keduanya sebagai ketua NU,ide liberal Gusdur mulai mengubah banyak pendukungnya menjadi tidak setuju.Sebagai ketua,Gus Dur terus mendorong dialog antar agama dan bahkan menerima undangan mengunjungi "Israel" pada Oktober 1994.
masa jabatan dan menuju reformasi
Menjelang Musyawarah Nasional 1994,Gusdur menominasikan dirinya untuk masa jabatan ketiga.Mendengar hal itu,Soeharto ingin agar Gusdur tidak terpilih.Pada minggu-minggu sebelum munas,pendukung Soeharto seperti Habibie dan Harmoko,berkampanye melawan terpilihnya kembali Gusdur.Ketika musyawarah nasional diadakan,tempat pemilihan dijaga ketat oleh ABRI dalam tindakan intimidasi.Terdapat juga usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya.Namun Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga.Selama masa ini Gusdur memulai aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari PDI.Megawati yang menggunakan nama ayahnya memiliki popularitas yang besar dan berencana tetap menekan rezim Soeharto.Gusdur menasehati Megawati untuk berhati-hati dan menolak dipilih sebagai Presiden untuk Sidang Umum MPR 1998.Megawati mengacuhkannya dan harus membayar mahal ketika pada Juli 1996 markas PDI nya diambil alih oleh pendukung Ketua PDI yang didukung pemerintah Soerjadi.Melihat apa yang terjadi terhadap Megawati, Gus Dur berpikir bahwa pilihan terbaiknya sekarang adalah mundur secara politik dengan mendukung pemerintah.Pada November 1996 Gusdur dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan kembali Gusdur sebagai ketua NU dan beberapa bulan berikutnya diikuti dengan pertemuan dengan berbagai tokoh pemerintah yang pada tahun 1994 berusaha menghalangi pemilihan kembali Gus Dur.Pada saat yang sama,Gusdur membiarkan pilihannya untuk melakukan reformasi tetap terbuka dan pada Desember 1996 bertemu dengan Amien Rais anggota ICMI yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.
Juli 1997 merupakan awal dari "Krisis Finansial Asia" Soeharto mulai kehilangan kendali atas situasi tersebut.Gusdur didorong untuk melakukan reformasi dengan Megawati dan Amien Rais,namun ia terkena "stroke" pada Januari 1998.Dari rumah sakit,Gusdur melihat situasi terus memburuk dengan pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden dan protes mahasiswa yang menyebabkan terjadinya "kerusuhan Mei 1998" setelah penembakan enam mahasiswa di Universitas Trisakti.Pada tanggal 19 Mei 1998,Gusdur bersama dengan delapan pemimpin penting dari komunitas Muslim,dipanggil ke kediaman Soeharto.Soeharto memberikan konsep Komite Reformasi yang ia usulkan.Sembilan pemimpin tersebut menolak untuk bergabung dengan Komite Reformasi.Gusdur memiliki pendirian yang lebih moderat dengan Soeharto dan meminta demonstran berhenti untuk melihat apakah Soeharto akan menepati janjinya tersebut tidak disukai Amien Rais,yang merupakan oposisi Soeharto yang paling kritis pada saat itu.Namun Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998.Wakil Presiden Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto.
pernyataan ciganjur
Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah pembentukan partai politik baru.Di bawah rezim Soeharto,hanya terdapat tiga pertai politik:Golkar,PPP dan PDI.Dengan jatuhnya Soeharto partai-partai politik mulai terbentuk dengan yang paling penting adalah "Partai Amanat Nasional" bentukan Amien Rais dan "Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan" (PDI-P) bentukan Megawati.Pada Juni 1998,banyak orang dari komunitas NU meminta Gusdur membentuk partai politik baru.Ia tidak langsung mengimplementasikan ide tersebut.Namun pada Juli 1998 Gusdur mulai menanggapi ide tersebut karena mendirikan partai politik merupakan satu-satunya cara untuk melawan Golkar dalam pemilihan umum.Gusdur menyetujui pembentukan PKB dan menjadi Ketua Dewan Penasehat dengan Matori Abdul Djalil sebagai ketua partai.Meskipun partai tersebut didominasi anggota NU,Gusdur menyatakan bahwa partai tersebut terbuka untuk semua orang.Pada November 1998,dalam pertemuan di Ciganjur,Gusdur bersama dengan Megawati,Amien Rais dan Sultan Hamengkubuwono X,kembali menyatakan komitmen mereka untuk reformasi.Pada 7 Februari 1999 PKB secara resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat pemilihan presiden.
pemilu 1999 dan sidang umum MPR
Amien Rais dan Gusdur pada Sidang Umum MPR Pada Juni 1999 partai PKB ikut serta dalam arena pemilu legislatif.PKB memenangkan 12% suara dengan PDI-P memenangkan 33% suara.Dengan kemenangan partainya,Megawati memperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden pada Sidang Umum MPR.Namun PDI-P tidak memiliki mayoritas penuh sehingga membentuk aliansi dengan PKB.Pada Juli Amien Rais membentuk Poros Tengah koalisi partai-partai Muslim.Poros Tengah mulai menominasikan Gus Dur sebagai kandidat ketiga pada pemilihan presiden dan komitmen PKB terhadap PDI-P mulai berubah.Pada 7 Oktober 1999 Amien Rais dan Poros Tengah secara resmi menyatakan Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden Pada 19 Oktober 1999,MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie dan ia mundur dari pemilihan presiden.Beberapa saat kemudian Akbar Tanjung ketua Golkar dan ketua (DPR) menyatakan Golkar akan mendukung Gusdur Pada 20 Oktober 1999,MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden baru.Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara,sedangkan Megawati hanya 313 suara.Tidak senang karena calon mereka gagal memenangkan pemilihan,pendukung Megawati mengamuk dan Gusdur menyadari bahwa Megawati harus terpilih sebagai wakil presiden.Setelah meyakinkan jendral Wiranto untuk tidak ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan membuat PKB mendukung Megawati,Gusdur pun berhasil meyakinkan Megawati untuk ikut serta Pada 21 Oktober 1999,Megawati ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan mengalahkan Hamzah Haz dari PPP.
kepresidenan
Kabinet pertama Gusdur adalah Kabinet Persatuan Nasional,adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota berbagai partai politik:PDI-P,PKB,Golkar,PPP,PAN, dan Partai Keadilan.Non-partisan dan TNI juga ada dalam kabinet tersebut.Gusdur kemudian mulai melakukan dua reformasi pemerintahan .Reformasi pertama adalah membubarkan Departemen Penerangan,senjata utama rezim Soeharto dalam menguasai media.Reformasi kedua adalah membubarkan Departemen Sosial yang korup.Pada November 1999 Gusdur mengunjungi negara-negara anggota ASEAN Setelah itu pada bulan Desember dia mengunjungi Republik Rakyat Cina,Setelah satu bulan berada dalam Kabinet Persatuan Nasional,Menteri Menteri Koordinator Pengentasan Kemiskinan "Menko Taskin" Hamzah Haz mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan November.Muncul dugaan bahwa pengunduran dirinya diakibatkan karena Gusdur menuduh beberapa anggota kabinet melakukan korupsi selama ia masih berada di Amerika Serikat.Beberapa menduga bahwa pengunduran diri Hamzah Haz diakibatkan karena ketidaksenangannya atas pendekatan Gusdur dengan Israel.Rencana Gusdur adalah memberikan Aceh referendum.Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur.Gusdur juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah tersebut.Pada 30 Desember Gusdur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya.
Pada Januari 2000 Gusdur melakukan perjalanan ke luar negeri lainnya ke Swiss untuk menghadiri "Forum Ekonomi Dunia" dan mengunjungi Arab Saudi dalam perjalanan pulang menuju Indonesia.Pada Februari,Gusdur melakukan perjalanan luar negeri ke Eropa lainnya dengan mengunjungi Kerajaan Inggris,Perancis,Belanda,Jerman,dan Italia.Dalam perjalanan pulang dari Eropa Gusdur juga mengunjungi India,Korea Selatan,Thailand dan Brunei Darussalam.Pada bulan Maret Gusdur mengunjungi Timor Leste.Di bulan April Gusdur mengunjungi Afrika Selatan dalam perjalanan menuju Kuba untuk menghadiri pertemuan "G-77" sebelum kembali ke indonesia Gusdur "mampir" ke Kota Meksiko dan Hong Kong.Pada bulan Juni Gusdur sekali lagi mengunjungi Amerika,Jepang,Perancis,Iran,Pakistan,dan Mesir sebagai tambahan baru ke dalam daftar negara-negara yang dikunjunginya.Ketika Gusdur "berkelana" ke Eropa pada bulan Februari dia mulai meminta Jendral Wiranto mengundurkan diri dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan.Gusdur melihat Wiranto sebagai halangan terhadap rencana reformasi militer dan juga karena tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur terhadap Wiranto.Ketika Gusdur kembali ke Jakarta,Wiranto berbicara dengannya dan berhasil meyakinkan Gus dur agar tidak mengganti dirinya Namun Gusdur kemudian mengubah pikirannya dan memintanya mundur.Pada April 2000 Gusdur memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan "Jusuf Kalla" dan Menteri Negara BUMN "Laksamana Sukardi" Alasan yang diberikan Gusdur adalah bahwa keduanya terlibat dalam kasus korupsi meskipun Gusdur tidak pernah memberikan bukti yang kuat.Pada Maret 2000,pemerintahan Gusdur mulai melakukan negosiasi dengan "Gerakan Aceh Merdeka" (GAM),2 bulan kemudian pemerintah menandatangani "nota kesepahaman" dengan GAM hingga awal tahun 2001.Dalam usaha mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-politik,Gusdur menemukan sekutu yaitu "Agus Wirahadikusumah" yang diangkatnya menjadi Panglima Kostrad pada bulan Maret.Pada Juli 2000,Agus mulai membuka skandal yang melibatkan Dharma Putra,yayasan yang memiliki hubungan dengan Kostrad Melalui Megawati,anggota TNI mulai menekan Gusdur untuk mencopot jabatan Agus.Gusdur mengikuti tekanan tersebut tetapi berencana menunjuk Agus sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.Petinggi TNI merespon dengan mengancam untuk pensiun, sehingga Gusdur kembali harus menurut pada tekanan.Hubungan Gusdur dengan TNI semakin memburuk ketika Laskar Jihad tiba di Maluku dan dipersenjatai oleh TNI.Laskar Jihad pergi ke Maluku untuk membantu orang Muslim dalam konflik dengan orang Kristen.Gusdur meminta TNI menghentikan aksi Laskar Jihad,namun mereka tetap berhasil mencapai Maluku dan dipersenjatai oleh senjata TNI.Muncul pula dua skandal pada tahun 2000,yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate.Pada bulan Mei,Badan Urusan Logistik (BULOG) melaporkan bahwa $4 juta menghilang dari persediaan kas Bulog.Tukang pijit pribadi Gusdur mengklaim bahwa ia dikirim oleh Gusdur ke Bulog untuk mengambil uang.Meskipun uang berhasil dikembalikan,musuh Gusdur menuduhnya terlibat dalam skandal ini.Skandal ini disebut skandal Buloggate.Pada waktu yang sama,Gusdur juga dituduh menyimpan uang $2 juta untuk dirinya sendiri.Uang itu merupakan sumbangan dari Sultan Brunei untuk membantu di Aceh.Namun Gus Dur gagal mempertanggungjawabkan dana tersebut,Skandal ini disebut skandal Bruneigate.Sidang Umum MPR 2000 hampir tiba,popularitas Gusdur masih tinggi.Sekutu Gusdur seperti Megawati,Akbar Tanjung dan Amien Rais masih mendukungnya meskipun terjadi berbagai skandal dan pencopotan menteri.Pada Sidang Umum MPR,pidato Gusdur diterima oleh mayoritas anggota MPR.Selama pidato, Gusdur menyadari kelemahannya sebagai pemimpin dan menyatakan ia akan mewakilkan sebagian tugasnya,anggota MPR setuju dan mengusulkan agar Megawati menerima tugas tersebut.Pada awalnya MPR berencana menerapkan usulan ini sebagai TAP MPR,akan tetapi Keputusan Presiden dianggap sudah cukup.Pada 23 Agustus,Gusdur mengumumkan kabinet baru meskipun Megawati ingin pengumuman ditunda.Megawati menunjukan ketidaksenangannya dengan tidak hadir pada pengumuman kabinet.Kabinet baru lebih kecil dan meliputi lebih banyak non-partai.Tidak terdapat anggota Golkar dalam kabinet baru Gusdur.Pada bulan September,Gusdur menyatakan darurat militer di Maluku karena kondisi di sana semakin memburuk.Pada saat itu semakin jelas bahwa Laskar Jihad didukung oleh anggota TNI dan juga kemungkinan didanai oleh Fuad Bawazier,menteri keuangan terakhir Soeharto.Pada bulan yang sama bendera bintang kejora berkibar di Papua Barat.Gusdur memperbolehkan bendera bintang kejora dikibarkan asalkan berada di bawah bendera Indonesia.Pada akhir tahun 2000,terdapat banyak elit politik yang kecewa dengan Abdurrahman Wahid.Orang yang paling menunjukan kekecewaannya adalah Amien Rais.Ia menyatakan kecewa mendukung Gusdur sebagai presiden tahun lalu.Amien juga berusaha mengumpulkan oposisi dengan meyakinkan Megawati dan Gusdur untuk merenggangkan otot politik mereka.Megawati melindungi Gusdur.
akhir kekuasaan Gusdur
Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001,Gusdur menyatakan kemungkinan Indonesia masuk kedalam "anarkisme" dIa lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi.Pertemuan tersebut menambah gerakan anti-Gusdur,Pada 1 Februari,DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gusdur.Nota tersebut berisi diadakannya Sidang Khusus MPR dimana pemakzulan Presiden dapat dilakukan.Anggota PKB hanya bisa "walk out" dalam menanggapi hal ini,Nota ini juga menimbulkan protes di antara NU.Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra dicopot dari kabinet karena ia mengumumkan permintaan agar Gusdur mundur.Menteri Kehutanan Nurmahmudi Ismail juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan Presiden,yang pada saat itu massanya ikut dalam aksi menuntut Gusdur mundur.Dalam menanggapi hal ini Megawati mulai menjaga jarak dan tidak hadir dalam inagurasi penggantian menteri.Pada 30 April,DPR mengeluarkan nota kedua dan meminta diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1 Agustus.Gusdur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik,Sosial dan Keamanan (Menko Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono,untuk menyatakan keadaan darurat.Yudhoyono menolak dan Gusdur memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri lainnya dalam reshuffle kabinet pada tanggal 1 Juli 2001.
kematian Gusdur
Gusdur menderita banyak penyakit,bahkan sejak ia mulai menjabat sebagai presiden.Ia menderita gangguan penglihatan sehingga seringkali surat dan buku yang harus dibaca atau ditulisnya harus dibacakan atau dituliskan oleh orang lain.Beberapa kali ia mengalami serangan stroek,Diabetes dan gangguan ginjal juga dideritanya.Ia wafat pada hari Rabu 30 Desember 2009,di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo jakarta,akibat berbagai komplikasi penyakit tersebut,yang dideritanya sejak lama.Sebelum wafat ia harus menjalani cuci darah rutin.Menurut Salahuddin Wahid adiknya Gusdur wafat akibat sumbatan pada arteri dan Gusdur di makamkan di Jombang Jawa Timur tanah kelahirannya.
Sumber Dari : Wikipedia