Halaman

blog-indonesia.com

Cari Di Sini

Terbaru

28 November 2010

Five Important Figures Iran

Abol-hassan Banisadr lahir di Tehran Iran pada 22 Maret 1933, adalah Presiden Iran pertama semenjak Revolusi Iran tahun 1979 dan tumbangnya sebuah monarki. Pada 1980 ia membentuk pemerintahan koalisi untuk memerintah Iran. Masa jabatannya ditandai dengan krisis terhadap Amerika Serikat dan serangan ke Irak. Ia mendapat dakwaan pada 21 Juni 1981 oleh parlemen Iran karena gerakannya terhadap para ulama, sehingga ia bersembunyi dan pindah ke Perancis.



Mohammad Ali Rajai lahir di Ghazvin Iran pada 15 Juni 1933 dan meninggal pada 30 Agustus 1981 pada umur 48 tahun) ia terpilih kedua untuk jabatan Presiden Iran setelah menjabat Perdana Menteri di bawah pemerintahan Abolhassan Banisadr. Ia juga Menteri urusan luar negeri Iran selama lima minggu 11 Maret 1981 – 15 Agustus 1981, Ia meraih gelar pendidikan dari Universitas Tarbiat Moallem pada 1959. Ia adalah pendukung kuat Revolusi Iran dan merupakan pemimpin dalam gerakan membersihkan perguruan tinggi di sana dari pengaruh Barat, yang kemudian disebut sebagai Revolusi Kebudayaan. Setelah menjabat sebagai presiden selama dua minggu, ia dibunuh bersama dengan Mohammad Javad Bahonar dan beberapa anggota pemerintahannya. Ia adalah Presiden Iran 14 hari.





Ayatullah Agung Sayyid ‘Alî Hossaynî Khâmene’î  Āyatollāh Seyyed `Alī Ḥoseynī Khāmene'ī) (lahir di Masyhad, Provinsi Razavi Khorasan Iran pada 17 Juli 1939, juga dikenal dengan Seyyed Ali Khamene'i adalah Pemimpin Agung Iran dan Presiden Republik Islam Iran pada periode 1981-1989.











Ayatollah Akbar Hashemi Rafsanjani, lahir di Nough Iran pada 25 Agustus 1934, adalah politikus yang paling berpengaruh di Iran. Ia menjabat sebagai Presiden Iran (1989 - 1997) dan kalah dalam babak kedua dari Walikota Teheran Mahmoud Ahmadinejad pada pemilihan presiden Iran 2005 untuk masa jabatan yang ketiga kalinya. Majalah Forbes pernah mencantumkan Rafsanjani dalam daftar orang terkaya di dunia dan pernah menulis bahwa dialah kekuatan yang sesungguhnya di balik pemerintah Iran. Ia "adalah orang yang memimpin Republik Islam ini selama 24 tahun terakhir. Aslinya seorang imam, Rafsanjani menjadi ketua Parlemen (Majlis) baru Iran setelah dimulainya Republik Islam dan menjabat hingga tahun 1989. Dari pernikahannya pada tahun 1958, Rafsanjani memperoleh tiga putra: Mohsen, Mehdi, dan Yasser (yang dinamakan menurut Yasser Arafat), dan dua putri Fatemeh dan Faezeh. Hanya Faezeh Hashemi yang mengambil kehidupan politik, menjadi anggota Majlis dan penerbit surat kabar Zan (wanita).










Hujjatul Islam wal Muslimeen Sayyed Mohammad Khatami, lahir di Kota Ardakan, Provinsi Yazd pada, 29 September 1943, adalah intelektual, filosof, dan politikus Iran. Ia tampil keempat sebagai Presiden Iran pada periode 2 Agustus 1997 - 2 Agustus 2005 dan digantikan Mahmoud Ahmadinejad. Selama masa jabatannya, ia juga menjabat sebagai anggota Expediency Council. Khatami diangkat sebagai presiden pada 23 Mei 1997 dan kembali terpilih pada 8 Juni 2001 untuk yang kedua kalinya. Sebagian besar kaum wanita dan pemuda Iran memilih Khatami karena janjinya untuk meningkatkan status wanita dan tanggap akan permintaan generasi muda Iran.
Khatami dianggap sebagai presiden reformis pertama di Iran karena kampanyenya memfokuskan pada penegakan hukum, demokrasi dan pencakupan seluruh rakyat Iran dalam proses perencanaan politik. Namun asas pemerintahannya acap kali bertentangan dengan kelompok garis keras dan konsevatif Islamis di dalam pemerintah Iran, yang menguasai organisasi pemerintahan utama seperti Dewan Perlindungan "Guardian Council" yang anggotanya dipilih oleh Pemimpin Agung. Sebelum menjadi presiden, Khatami menjabat sebagai anggota parlemen (1980-1982), pengawas Institut Kayhan, Menteri Budaya dan Penuntun Islam (1982-1986, kemudian pada periode kedua dari 1989-1992, ketika dia mengundurkan diri), kepala Perpustakaan National Iran (1992-1997), dan anggota Dewan Agung Revolusi Kebudayaan.
Khatami mempunyai gelar sarjana muda filsafat Barat, tetapi membatalkan kuliah sarjana Pendidikan Sains untuk menyelesaikan studi sains Islamis di Qom selama tujuh tahun hingga mencapai level tertinggi, Ijtihad. Kemudian, dia menuju Jerman untuk mengetuai Pusat Islamis Hamburg dan tinggal di negeri itu hingga revolusi Iran.Perserikatan Bangsa-Bangsa mencanangkan tahun 2001 sebagai Tahun Dialog Peradaban PBB, atas saran Khatami. Selain menguasai bahasa Persia, Khatami juga dapat berbahasa Arab, Inggris dan Jerman. Ia menikah dengan Zohreh Sadeghi dan dikaruniai tiga anak.

Presiden Khatami dan Presiden Moshe Katsav pada pemakaman Paus Yohanes Paulus II
Pada pemakaman Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 8 April 2005, Presiden Khatami duduk dekat Moshe Katsav, Presiden Israel yang lahir di Iran, karena penataan kursi yang berdasarkan abjad. Presiden Katsav kemudian mengklaim bahwa dia berjabat tangan dan berbicara dengan Presiden Khatami. Aksi tersebut adalah kontak politik pertama antara kedua negara sejak 1979. Namun Khatami membantah hal tersebut terjadi. Ia meminta pemerintahan pimpinan Presiden Mahmoud Ahmadinejad berkompromi soal program nuklir untuk menghindari krisis hubungan dengan kekuatan dunia dan menghindari sanki kedua dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa. Khatami juga mengatakan bukan hal tabu untuk berunding dengan Amerika Serikat.






Mahmud Ahmadinejad atau bisa dibaca Ahmadinezhad, lahir di Aradan, Iran, 28 Oktober 1956, adalah Presiden Iran yang keenam dan memperoleh 61.91% suara pemilih pada pilpres Iran tanggal 24 Juni 2005.Jabatan kepresidenannya dimulai pada 3 Agustus 2005. Ia pernah menjabat walikota Teheran dari 3 Mei 2003 hingga 28 Juni 2005 waktu ia terpilih sebagai presiden. Ia dikenal secara luas sebagai seorang tokoh konservatif yang sangat loyal terhadap nilai-nilai Revolusi Islam Iran pada tahun 1979.



Lahir di daerah desa pertanian Aradan, dekat Garmsar, sekitar 120 kilometer arah tenggara Teheran. Dia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, berasal dari keluarga Syiah. Orang tuanya,seorang Tukang Besi, Ahmad Saborjihan, memberi nama Mahmud Saborjihan saat lahir. Dia menggunakan nama tersebut hingga sebuah keputusan besar mendorong keluarganya untuk hijrah ke Teheran pada paruh kedua tahun 1950-an. Di Teheran, ayahnya merubah namanya menjadi Mahmud Ahmadinejad sebagai isyarat religiusitas dan semangat mencari kehidupan yang lebih baik, karena Saborjihan dalam bahasa Parsi berarti pelukis karpet, pekerjaan yang jamak dilakukan di sentra karpet seperti Aradan, sedangkan Ahmadinejad berarti ras yang unggul, bijak dan paripurna.


Dia lulus dari Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) dengan gelar doktor dalam bidang teknik dan perencanaan lalu lintas dan transportasi. Pada tahun 1980, dia adalah ketua perwakilan IUST untuk perkumpulan mahasiswa, dan terlibat dalam pendirian Kantor untuk Pereratan Persatuan (daftar-e tahkim-e vahdat), organisasi mahasiswa yang berada di balik perebutan Kedubes Amerika Serikat yang mengakibatkan terjadinya krisis sandera Iran.


Pada masa Perang Iran-Irak, Ahmedinejad bergabung dengan Korps Pengawal Revolusi Islam pada tahun 1986. Dia terlibat dalam misi-misi di Kirkuk Irak. Dia kemudian menjadi insinyur kepala pasukan keenam Korps dan kepala staf Korps di sebelah barat Iran. Setelah perang, dia bertugas sebagai wakil gubernur dan gubernur Maku dan Khoy, Penasehat Menteri Kebudayaan dan Ajaran Islam, dan gubernur provinsi Ardabil dari 1993 hingga Oktober 1997.


 



Ahmadinejad lalu terpilih sebagai walikota Teheran pada Mei 2003. Dalam masa tugasnya, dia mengembalikan banyak perubahan yang dilakukan walikota-walikota sebelumnya yang lebih moderat dan reformis, dan mementingkan nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan-kegiatan di pusat-pusat kebudayaan. Selain itu, dia juga menjadi semacam manajer dalam harian Hamshahri dan memecat sang editor, Mohammad Atrianfar, pada 13 Juni 2005, beberapa hari sebelum pemilu presiden, karena tidak mendukungnya dalam pemilu tersebut.

Presiden Mohammad Khatami pernah melarangnya menghadiri pertemuan Dewan Menteri, suatu hak yang biasa diberikan kepada para walikota Teheran. Hal ini dikarenakan pada waktu Khatami menuju Universitas Teheran, Khatami terjebak macet. Khatami mengkritik Ahmadinejad yang saat itu menjabat walikota Teheran. Namun bukannya tergesa-gesa membereskan masalah tersebut, Ahmadinejad justru berkata: "Bersyukurlah karena presiden kita telah merasakan kehidupan rakyatnya yang sesungguhnya". Namun Ahmadinejad tetap santai menghadapi larangan tersebut. Setelah dua tahun sebagai walikota Teheran, Ahmadinejad lalu terpilih sebagai presiden baru Iran. Tak lama setelah terpilih, pada 29 Juni 2005, sempat muncul tuduhan bahwa ia terlibat dalam krisis sandera Iran pada tahun 1979. Iran Focus mengklaim bahwa sebuah foto yang dikeluarkannya menunjukkan Ahmadinejad sedang berjalan menuntun para sandera dalam peristiwa tersebut, namun tuduhan ini tidak pernah dapat dibuktikan.



Kutipan pernyataannya dalam sebuah pertemuan di hadapan para mahasiswa pada 26 Oktober 2005 dari pernyataan Ayatollah Khomeini yang menyerukan agar Israel "dihapus dari peta dunia" memicu kontroversi. Selain, menuai kecaman dari berbagai pemimpin dunia, termasuk Presiden Shimon Peres. Peres bahkan membalas dengan menuntut agar Iran dikeluarkan dari keanggotaan di Perserikatan Bangsa-bangsa.

Pernyataan yang kontroversial ini diulang kembali pada 14 Desember 2005. Saat itu, ia berkata bahwa Holocaust "peristiwa pembantaian terhadap kaum Yahudi oleh rezim Nazi pada masa Perang Dunia II" hanyalah sebuah mitos yang digunakan bangsa Eropa untuk menciptakan negara Yahudi di jantung dunia Islam. Ia juga sempat menyelenggarakan konferensi tentang Holocaust.

Sementara, kritik dalam negeri mengenai kebijakan domestik dan luar negeri terus mengalir deras. Kritik datang dari tokoh ulama besar Ayatollah Hossein Ali Montazeri. Merujuk retorika Ahmadinejad terhadap Amerika Serikat, Montazeri menyatakan bahwa sangat perlu bertindak logis terhadap musuh dan tidak memprovokasi. Bagi Montazeri, ekstremisme tidak berbuah baik untuk rakyat.

Iran menegaskan bahwa pengembangan teknologi nuklir merupakan hak yang tidak bisa disangkal meskipun Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menuntut Iran untuk menghentikan program pengayaan uranium. Ahmadinejad mendapat kritikan dari kalangan konservatif maupun reformis mengenai kebijakan ekonominya dan cara dia menangani isu nuklir Iran.



 





Sebuah artikel pada koran Inggris, The Daily Telegraph yang diterbitkan pada tanggal 3 Oktober 2009, menampilkan foto Mahmud Ahmadinejad yang diambil selama pemilu Iran. Dalam foto itu terlihat ia sedang menunjukkan surat identitasnya dengan nama keluarga sebelumnya "Sabourjian", "nama Yahudi terkenal di Iran". Artikel tersebut mengklaim bahwa Sabourjian berarti "penenun dari Sabour" nama untuk tallit Yahudi di Persia. Artikel itu juga mengklaim bahwa keluarganya masuk Islam dan mengubah nama keluarga setelah Ahmadinejad lahir. Artikel tersebut mengutip seorang ahli yang mengatakan bahwa akar Yahudi Ahmadinejad, jika benar, akan menjelaskan kebencian terhadap Yudaisme dan Israel: "Setiap keluarga yang berpindah ke agama yang berbeda mengambil identitas baru dengan mengutuk iman lama mereka."

Namun, menurut para ahli Iran yang diwawancarai oleh Guardian, "tidak ada makna semacam itu untuk kata 'sabour' dalam salah satu dialek Yahudi Persia, juga tidak berarti selendang doa Yahudi di Persia," nama itu sebenarnya berarti "pelukis benang," leluhur Ahmadinejad diketahui sebagai Muslim, dan kerabat Ahmadinejad mengatakan dia mengadopsi nama baru pada saat pindah ke Teheran, untuk menghindari diskriminasi berdasarkan akar pedesaannya.



Mahmoud Ahmadinejad dan Israel mengacu pada hubungan antara Mahmoud Ahmadinejad dan Negara Israel, yang ditandai dengan pidato perdebatan dan pernyataan, termasuk apa banyak komentator anggap panggilan untuk menghancurkan negara.




 





Pada tanggal 26 Oktober 2005, IRIB News, sebuah anak perusahaan bahasa Inggris dari Republik Islam dikuasai negara Iran Broadcasting (IRIB), mengajukan cerita tentang pidato Ahmadinejad ke "Dunia Tanpa Zionisme" konferensi di Asia, berjudul: Ahmadinejad: Israel harus dihapus dari peta. Cerita dijemput oleh kantor berita Barat dan cepat membuat berita utama di seluruh dunia. Pada tanggal 30 Oktober, The New York Times menerbitkan transkrip lengkap pidato Ahmadinejad dikutip mengatakan:

    Sayang kami Imam "merujuk pada Ayatollah Khomeini" mengatakan bahwa rezim pendudukan harus dihapus dari peta untuk keadilan besar dan ini adalah pernyataan yang sangat bijaksana. Kita tidak bisa kompromi atas masalah Palestina. Apakah mungkin untuk membuat sebuah front baru di jantung dari depan tua. Ini akan mengalahkan dan siapa pun yang menerima legitimasi rezim ini pada kenyataannya, menandatangani kekalahan dunia Islam. Imam sayang kami menargetkan jantung penindas dunia dalam perjuangan, yang berarti rezim pendudukan. Saya tidak ragu bahwa gelombang baru yang telah dimulai di Palestina, dan kami menyaksikannya di dunia Islam juga, akan menghilangkan noda memalukan dari dunia Islam.

 





Ahmadinejad mengatakan bahwa masalah dengan Palestina akan berakhir "hari bahwa semua pengungsi kembali ke rumah mereka dan pemerintahan yang demokratis dipilih oleh rakyat datang untuk kekuasaan" dan mencela upaya untuk menormalkan hubungan dengan Israel, mengutuk semua Muslim pemimpin yang menerima keberadaan Israel sebagai "mengakui sebuah menyerah dan kekalahan dunia Islam." Pidato menunjukkan bahwa ia menganggap penarikan Israel dari Jalur Gaza untuk menjadi trik, yang dirancang untuk mendapatkan pengakuan dari negara-negara Islam. Dalam rapat umum yang diadakan dua hari kemudian, Ahmadinejad menyatakan bahwa kata-katanya mencerminkan pandangan rakyat Iran.




ARTI NAMA  AYATULLAH
Ayatullah adalah gelar tertinggi yang diberikan kepada ulama Syi'ah. Kata ini berarti "Bukti dari Allah" dan mereka yang memiliki gelar tersebut ahli dalam studi tentang Islam, seperti Syari'ah (Hukum Islam), filsafat, etika, mistik dan biasanya mengajar di sekolah pengetahuan tentang Islam (hauzah) atau pesantren kalau di Indonesia. Gelar di bawah Ayatullah adalah Hojætol-Islam ("Ahli tentang Islam"). Gelar ini diberikan secara konsensus: seorang pelajar relijius yang mendapatkan kehormatan dan kekaguman dari guru-gurunya untuk pengetahuan dan tingkah laku setelah menyelesaikan sekolah hauzah. Setelah itu ia dapat mengeluarkan fatwa tersendiri dengan bersumber pada : Al Qur'an, Sunnah, Ijma dan Aql/akal (ekuivalen dengan prinsip Sunni, Qiyas). Ayatullah kemudian dapat mengajar di hauzah sesuai dengan keahliannya dan dapat berlaku sebagai referensi bagi pertanyaan relijius dan sebagai hakim dalam bidang agama. Hanya sedikit dari dari para Ayatullah yang penting yang diberikan gelar Ayatullah Agung / Grand Ayatollah (Ayætollah-e Ozme, "Bukti teragung dari Allah") atau Mærjæ'e Tæqlid ("Reference for Emulation"). Hal ini terjadi bila pengikut dari seorang Ayatullah mengikuti pedoman dari dia dalam berbagai situasi dan memintanya untuk mempublikasikan fatwa-fatwanya yang merupakan jawabannya dalam berbagai pertanyaan dalam kehidupan keseharian seorang Muslim. Buku ini disebut Risalah.










( Sumber : WikipediaEnsiklopediA )
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Ramalan Jodoh