Halaman

blog-indonesia.com

Cari Di Sini

Terbaru

18 Februari 2011

Si Unyil vs. Upin & Ipin


Tayangan favorit di hari minggu pagi pukul 8.00 WIB tahun 1980-an adalah Si Unyil. Bagi saya waktu kecil, Si Unyil itu sangat menyenangkan. Sosoknya baik, sering mengaji, rajin sekolah dan hormat pada ibu dan bapak. Tokoh-tokoh di cerita Si Unyil lainnya adalah Meni, Ucrit, Usro, Pa Ogah dan temannya, Pa Raden dan Bu Raden.

Dengan peci khas serta sarung yang diselempangkan, Unyil adalah sosok yang mengagumkan. Unyil itu bijaksana, suaranya damai, khas dan menyejukan. Kisah-kisah yang diceritakan adalah hal-hal sederhana seperti yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pak Raden yang khas dengan kumisnya, Bu Raden yang suaranya damai, Pak Ogah yang sering nongkrong di Pos Kamling adalah fenomena umum yang ada dimasyarakat kita.

Unyil itu Indonesia banget, saya masih ingat bagaimana tutur katanya yang bagus serta sopan santun yang sering dipraktekan dalam setiap adegannya. Walaupun hanya boneka tangan tetapi rasanya cerita Unyil itu sungguh sangat menarik.


Seiring waktu, Unyil bertranformasi dengan jaman. Salahsatu stasiun televisi menayangkan Unyil dalam berbagai topik yang langsung berhubungan dengan dunia nyata. Misalnya Koper Si Unyil, petualang si Unyil dlsb. Ceritanya juga makin beragam, dari sekedar menceritakan perjalanan sampai kisah-kisah pribadi yang menarik diikuti. Sayangnya transformasi ini kurang diminati oleh anak-anak Indonesia. Saya tidak tahu karena dalam benak saya yang bukan anak-anak, tayangan Unyil sekarang bukan lagi cerita anak-anak. Tidak jauh beda dengan cerita perjalanan pada umumnya. Unyil hanya sesekali saja muncul.

Ketidakhadiran Unyil dalam benak anak-anak Indonesia ini ternyata menjadi sebuah hal yang baik bagi Ipin & Upin. Perlahan dengan pasti, tayangan Ipin dan Upin merasuki jiwa anak-anak Indonesia. Ipin & Upin adalah cerita tentang dua orang anak kecil kembar bersama teman-temannya di Malaysia. Harap dicatat di Malaysia tetapi beberapa segmen ceritanya seolah menyiratkan ada Indonesianya. Misalnya Atuk Dalang, yang jago memainkan wayang kulit serta jago juga bermain Badminton dan keterampilan lainnya. Lalu lagu Rasa Sayang dan beberapa petikan cerita lainnya yang seolah menunjukan milik Malaysia.

Kita tidak bisa protes atas tayangan Ipin & Upin ini karena sudah menjadi tayangan favorit anak-anak Indonesia. Kita juga tidak bisa protes karena tayangan si Unyil kalah bersaing dengan Ipin & Upin. Kita hanya bisa menyeimbangkannya dengan mengurangi anak dari kecanduan nonton televisi. Kalau perlu batasi tidak lebih dari dua jam sehari didepan televisi. Ajak membaca atau mengeksplorasi alam Indonesia yang indah ini.

Saya yakin jika itu dilakukan dengan baik, tayangan Ipin & Upin tidak akan menjadi media propaganda Malaysia atas kebudayaan Indonesia.


( sumber : http://hiburan.kompasiana.com )
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Ramalan Jodoh