Halaman

blog-indonesia.com

Cari Di Sini

Terbaru

02 Maret 2011

Libya Negara Otoriter Dibawah Khadafi


Harum Revolusi Melati di Tunisia merebak ke daratan Afrika, termasuk Libya. Saat ini pemerintah Libya sedang terancam perpecahan saudara dan demosntarasi besar rakyat Libya untuk mendongkel pemerintahan Khadafi. Tetapi pemerintahan militer Khadafi dengan keras dan bergaya militer melakukan tindakan ekspresif dan keras terhadap para demonstran.

Penderitaan dan pertumpahan darah sangat mengerikan dan tidak dapat diterima. Begitu pula halnya dengan ancaman dan perintah tembak mati para demonstran dan menghukum rakyat Libya.

Tentara Libya melancarkan serangan brutal untuk menumpas para pengunjuk rasa di Benghazi. Mereka menembaki para demonstran dengan senapan mesin. Dalam wawancara dengan Radio DW ini, seorang pengusaha dan pengacara ywarga kota Benghazi, Al-Haris al-Barqawi melaporkan, “saya pastikan, hanya di satu rumah sakit saja di Benghazi, terdapat 200an jenazah korban tewas, dan lebih dari 900 korban luka.”

Belum bisa didapat pengukuhan atas laporan al-Barqawi. Karena wartawan asing dilarang masuk, dan Libya menutup akses terhadap pengamat internasional. Betapapun sejumlah dokter mengungkapkan angka yang kurang lebih sama kepada beberapa kantor berita internasional. Namun sebagian menyebut, jenazah-jenazah itu kebanyakan sudah dikuburkan sejak kekerasan meletus, awal pekan ini.

Hari Minggu, tentara Khadafi terus menembaki para pengunjuk rasa. Adapun kekerasan paling brutal terjadi hari Sabtu (19/2), saat penguburan sejumlah korban yang tewas sebelumnya. Menurut kesaksian sejumlah warga, saat pemakaman itu tentara menggunakan senapan mesin, mortar, senapan kaliber besar, bahkan peluru kendali, terhadap warga yang menghadiri penguburan di kota Benghazi.

Pasukan khusus militer menembak mati sedikitnya 20 warga dan 25 lainnya mengalami luka-luka berat.

"Mereka menembaki para demonstran dengan senjata anti pesawat terbang dan persenjataan berat. Pasukan khusus militer dan kaum tentara bayaran dari berbagai negara Afrika sengaja menembaki rakyat di jalanan“, kata Al-Haris AL-Barqawi

Pasukan Khusus Hadapi Rakyat

Sejumlah warga lain melaporkan melalui telepon, para penembak jitu melepaskan tembakan dari atap-atap gedung. Sementara rakyat mulai melawan dengan menyerang balik tentara yang menindas mereka. Pasukan khusus yang dipimpin oleh komandan Chamies Khadafi, salah satu putra Muammar Khadafi, juga dengan brutal menumpas para pengunjuk rasa di berbagai kota Libya timur.

Putra Muammar Khadafi lainnya, Al Saadi Khadafi, justru mengalami nasib sial. Ia nyaris menjadi korban amukan massa yang melihatnya sesaat setelah helikopternya mendarat di timur Lybia. Disebutkan, militer dikerahkan untuk menyelamatkan dan menyembunyikan putra Khadafi itu. Helikopternya terbakar hangus, namun tidak ada yang tahu dimana kini ia berada..

Pemerintah Libya dilaporkan telah menahan puluhan orang yang dituduh anggota sebuah jaringan nasionalis Arab. Pemerintah menuding mereka sengaja menggelar aksi demonstrasi untuk mengacaukan negara.

Kelompok masa yang ditahan di beberapa kota Libya diduga merupakan anggota jaringan luar negeri yang dilatih untuk merusak stabilitas, keamanan serta persatuan nasional Libya. Mereka antara lain berasal dari Tunisia, Mesir, Sudan, Palestina, Suriah dan Turki. Khadafi menuduh bahwa  dinas rahasia Israel berada di balik jaringan tersebut.
Unjuk rasa anti pemerintah pun menyusul terjadi di Yaman, Bahrain, dan Libya, selain di Yordania dan Suriah.  Menurut wartawan Libya, Abdullah el Kebir, jatuhnya presiden Tunisia Zine Abidin Ben Ali, disusul tergulingnya presiden Mesir Husni Mubarak, menimbulkan gelombang perubahan di tanah Arab.

Rakyat yang selama ini ditindas pemerintah mereka yang tak segan membunuh rakyat sendiri, mulai mengusir ketakutan mereka. Para pendemo mengaku sebetulnya ingin berunjuk rasa secara damai. Namun kemudian muncul para pendukung Kadhafi bersenjatakan pisau, parang, pedang, dan batu, menyerang mereka. Polisi pun kemudian menembakinya.. 

Jumlah korban tewas yang dilaporkan pemerintah Libya sebanyak 300 orang, rinciannya 189 warga sipil dan 111 tentara. Korban terbanyak jatuh di kota kedua di Libya, Benghazi, yang terletak di sebelah timur negeri. Di kota inilah kekerasan paling banyak terjadi. Di Benghazi, korban tewas dari kalangan sipil adalah 104 orang dan 10 orang tewas. Sebelumnya pemerintah melalui oleh anak Khadafi, Seif al-Islam mengungkapkan sekitar 300 orang tewas namun korban militer hanya 58 orang. Laporan pemerintah tersebut sedikit berbeda dengan laporan lainnya. Human Rights Watch mengatakan 233 telah tewas dalam bentrokan, sementara Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia menyebutkan jumlah korban jiwa antara 300 dan 400 orang. Beberapa laporan menyebutkan bahwa serangan di Libya dilaporkan menewaskan 1.000 orang.

Beberapa pesawat dan helikopter hilir mudik di udara beberapa kota Libya. Beberapa tank dan penembak jitu menghantui para demontran karena tak segan memborbardir tanpa pandang bulu. Tentara militer pro-Khadafi menyerang Masjid Souq yang berlokasi di Zawiya, sekitar 50 kilometer barat Tripoli. Belasan demonstran yang berlindung di masjid tewas dan belasan lainnya terluka parah. Penyerangan mengerikan itu juga dilakukan dengan senjata berat rudal. Serangan itu juga menghancurkan menara masjid tersebut dengan menggunakan rudal antipesawat tempur.

Khadafi mengancam Jika tetap melawan, mereka akan dibunuh. Ia juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan mundur, semakin banyak tentara dan pembunuh bayaran berkeliaran di jalanan. Sepanjang malam, suara tembakan terdengar di beberapa sudut kota. Khadafi menuduh para demonstran itu adalah para pemuda pecandu obat. Karena itu, dia akan memberantas habis mereka. Khadafi mencurigai bahwa para demonstran terpengaruh kekuatan dari luar dan aksi mereka juga ditunggangi para ekstremis Islam. Serangan juga dilakukan militer di sebuah bandara yang berlokasi di pinggiram Misrata, kota terbesar ketiga di Libya. Para demonstran diserang dengan menggunakan roket, granat, dan mortar. Warga dan demonstran akhirnya bergabung untuk melawan. Mereka bahkan merebut beberapa senjata otomatis miliki para tentara yang berada di sekitar bandara.

Ratusan warga rela antre di Benghazi. Mereka terlihat berbaris teratur hanya untuk mendapatkan giliran memegang senjata. Senjata-senjata itu justru berasal dari kalangan militer dan polisi yang membelot dari Muammar Khadafi untuk bergabung dengan pasukan anti pemerintah. Bersamaan dengan itu, media massa juga melaporkan bahwa wilayah kekuasaan Khadafi semakin kecil.

Konflik yang terjadi di Libya bisa berdampak kepada dunia, tidak hanya secara geopolitik di kawasan Teluk dan kenaikan harga minyak. Kenaikan harga minyak dikhawatirkan juga akan berimbas kepada terjadinya kenaikan harga pangan.

Negara Libya

Libya merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Akibat pertumpahan darah ini, banyak perusahaan minyak di negeri itu yang juga mengevakuasi para pekerja ekspatriat beserta anggota keluarga mereka.

Libya terletak di Afrika Utara, berbatasan dengan Laut Tengah, Mesir di sebelah timur, Sudan di tenggara, Chad dan Niger di selatan serta Aljazair dan Tunisia di sebelah barat. Ibu kota negaranya adalah Tripoli. Terdapat tiga seksi tradisional, yaitu Tripolitania, Fezzan, dan Cyrenaica.

Nama “Libya” berasal dari bahasa Mesir “Lebu”, sebutan bagi orang-orang Berber yang tinggal di sebelah barat Sungai Nil, dan diadopsi oleh bahasa Yunani sebagai “Libya”. Pada zaman Yunani kuno, istilah ini memiliki arti yang lebih luas, yang mencakup seluruh Afrika Utara di sebelah barat Mesir, dan kadang ditujukan untuk seluruh benua Afrika.

Semula, Libya adalah sebuah kerajaan yang didirikan pada 24 Desember 1951. Raja Idris I bertindak sebagai pemimpin pemerintahan. Italia merebut Libya dari Kekaisaran Ottoman (Turki) dan menjadikannya wilayah jajahan. Sebuah negara yang terletak di Afrika Utara dan berbatasan dengan Laut Tengah ini mendapat kemerdekaan setelah Italia menyerah kepada Sekutu dalam Perang Dunia II.

Penduduk Libya ,1.7 juta diantaranya adalah pelajar, lebih dari 270.000 di antaranya telah mencapai pendidikan tinggi. Pendidikan di Libya gratis untuk semua warga negara, dan wajib sampai tingkat menengah. Kemampuan baca-tulis Libya tertinggi di Afrika Utara; lebih dari 82% penduduk Libya dapat membaca dan menulis.

Setelah kemerdekaan Libya tahun 1951, universitas pertama, University of Libya, didirikan di kota Benghazi. Sejak tahun 1975 jumlah univeritas di Libya telah bertambah menjadi sembilan dan pada tahun 1980, jumlah lembaga pendidikan teknis dan kejuruan adalah 84 (12 universitas umum).

Pada tahun ajaran 1975/76 jumlah mahasiswa diperkirakan sebanyak 13.418 orang. Pada 2004, jumlah ini meningkat menjadi lebih dari 200.000, dengan 70.000 tambahan terdaftar dalam pendidikan teknis tinggi sektor kejuruan. Peningkatan yang cepat dalam jumlah siswa di sektor pendidikan tinggi tercermin pada peningkatan jumlah lembaga pendidikan tinggi.

Pendidikan di Libya, dana pendidikan tinggi dibiayai oleh anggaran publik . Pada tahun 1998 anggaran nasional yang dialokasikan untuk pendidikan mencapai 38,2%.

Universitas utama di Libya adalah: Al Fateh University (Tripoli), Garyounis University (Benghazi) dan Universitas Omar Al-Mukhtar (Al Bayda). Kota Besar di Lybia adalah Tripoli, Benghazi dan Al Bayd

“PUPUK MINAT BACA ANAK DAN REMAJA INDONESIA SEJAK DINI”. Membaca adalah investasi paling kokoh bagi masa depan perkembangan moral dan intelektual anak. “SELAMATKAN MINAT BACA ANAK INDONESIA”

( sumber : http://mediaanakindonesia.wordpress.com )
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Ramalan Jodoh