nama erianto memang belum banyak di kenal orang, namun sebagian kalangan pemerhati sepak bola tahan air mulai menaruh harapan pada bocah 15 tahun asal, nagrak, sukabumi jawa barat. kehadiran erianto bak setetes air di tengah gurun di tengah keterpurukan sepak bola indonesia, ia mampu menunjukan prestasinya yang gemilang mengolah si kulit bundar di usia dini.
setidaknya, dia sudah terpilih sebagai kapten terbaik pada kejuaraan milan camp di itali pada pertengahan oktober, tak hanya itu bocah 15 tahun ini juga sukses mengibarkan bendera merah putih setelah di final, indonesia mengalahkan itali dengan skor 1-0, kompetisi sepak bola junior itu berlangsung di stadion san siro, milik inter milan dan ac milan.
erianto merupakan anak seorang petani yang miskin, karen kondisi ekonomi orang tua nya inilah dia tidak mampu melanjutkan sekolah SMP sampai selesa, dia terpaksa putus sekolah karena orang tua nya tidak mampu membiayainya lagi, tidak ada pilihan lain dari erianto selain membantu orang tua nya di sawah, mengembala dan mencarikan makana hewan ternak.
namun di tengah-tengah keterbatasan ini, dia masih bersemangat untuk mengasah kemampuan dan hobinya memainkan si kulit bundar, tentu permainan sepak bola ala kampung yang tanpa fasilitas dan latihan yang terarah. dan PT.Asia Sport Development lah yang membakar semangat dan merubah pola latihan erianto, saat pt.asia sport development, mencari bibit-bibit berbakat di indonesia dan seorang erianto pun terpilih, kemudian dia di gembleng selama 6 tahun belakangan ini oleh mantan bintang timnas merah putih Arif Hidayat.
dan hasilnya tak main-main, di itali erianto dan kawan-kawan sanggup mengalahkan empat team asal eropa dan amerika latin, puncaknya, tentu di babak final saat mengalahkan tuan rumah.
All Star Team Challenge AC Milan Junior Camp, merupakan suatu wadah yang memungkinkan pemain muda mendapat program pelatihan demi merintis jalan menjadi pemain kelas dunia, program ini telah berjalan 10 tahun di 180 daerah di 36 negara, erianto terpilih saat di lakukan penjaringan kategori usia sembilan hingga 15 tahun. dan seleksi AC Milan Junior Camp berlangsung di bali dan jakarta.
mencermati perjalanan hidup seorang erianto, orang kemudian ingat kisah sukses legendaris sepakbola asal brasil, pele, ya bintang legendaris yang terlahir dengan nama lengkap Edson Arantes Do Nascimento, juga sama-sama bocah miskin dari desa dan kisah hidupnya mirip erianto.
bakat pele pertami kali di temukan oleh mantan pemain brasil Waldemar De Brito, kala itu usia pele baru menginjak 11 tahun, di bawah asuhan Waldemar, pria kelahiran tres coracoes, 23 oktober 1940, tumbuh menjadi pemain yang luar biasa.
menginjak usia 15 tahun pele mulai di rekrut klu santos, cukup satu tahun dia langsung mengawali debutnya di santos dengan sebuah gol saat klubnya bertemu dengan corinthians, september 1956, kala itu publik sepak bola brasil meyakini bahwa legenda sepakbola dunia telah lahir.
di usia yang ke-17, pele memulai debut di piala dunia swedia pada tahun 1958, dalam ajang yang sama juga brasil untuk pertama kalinya berhasil merebut gelar juara dunia, dan pelemenjadi pemain termuda yang mampu menjaringkan enam gol dalam ajang piala dunia, pele menjaringkan gol kemenangan saat melawan wales, mencetak hattrick saat melawan perancis di semifinal dan mencetak dua gol lagi saat brasilmembungkam swedia 5-2 di final.
pele harus menunggu sampai piala dunia 1970 di selenggarakan, saat itu obsesinya untuk membawa brasil memboyong tropi jules rimet untuk selamanya akhirnya menjadi kenyataan, bersama jairzinho, tostao, rivelino dan carlos alberto, pele sukses menjadi pemain pertama yang mampu merasakan tiga kali menjadi juara dunia, dalam partai final pada piala dunia 1970 itu juga pele mampu melengkapi rekor gol ke-100 yang di jaringkan brasil selama mengikuti piala dunia.
mungkin terlalu berlebihan menaruh harapan masa depan sepakbola indonesia pada seorang erianto, apalagi bila di harapkan dapat mengibarkan bendera setinggi pele mengibarkan bendera brasil, tapi paling tidak ada harapan, pele yang dulu juga tidak berpendidikan dan tidak ada yang menyangka bakal menjadi legendaris sepakbola.
dan, paling tidak keduanya punya kemiripan, sama-sama menunjukan bakatnya di usia muda, sama-sama anak desa yang miskin dan sama-sama tidak mendapat kesempatan mengenyam pendidikan, dan bukan suatu hal yang mustahil bila seorang erianto anak seorang petani bisa mengikuti jejak sang legenda sepakbola dunia, kita doakan saja semoga dia bisa buat yang terbaik untuk bangsa indonesia dan mengharumkan nama bangsa di mata dunia, ayo kamu bisa bravo erianto dan bravo indonesia kami selalu mendukungmu..........
(sumber : tribunjabar.com )